Minggu, 09 November 2014

MELLATTIGI DI TANAH MANDAR

Dalam suatu acara pernikahan di Mandar, pada malam harinya, diadakan "pallattigian", baik terhadap calon mempelai pria maupun wanita. Untuk wanita "dilattigi" oleh wanita, dan untuk pria "dilattigi" oleh pria.

"Dilattigi to meloq likka dibongi meloqna likka. Tobaine nalattigiq-i toi tia tobaine, anna tommuane nalattigiq-i toi tia tommuane. To diperoa mallattigiq-i to diang laiyyana iyya deq to pia. Mamoareq-i sipaq na to diang laiyyana iyade to pia millele di to nalattigiq-i.
(Dilattigi orang yang melakukan akad nikah pada malam harinya. Wanita dilattigi oleh wanita, dan pria dilattigi oleh pria. Yang dipanggil untuk mallatigi adalah orang yang ada jahenya (maksudnya keturunan bangsawan) atau orang yang baik - baik. Dengan maksud mudah- mudahan sifat dari orang yang ada "laiyyana" dan orang yang baik tersebut berpindah kepada orang yang "dilattigiq-i" tersebut. (Sibaliparri:Gender Masyarakat Mandar:134).
(foto:Fahmira Ahmad)
Pada malam pernikahan di adakan do'a selamatan dengan pembacaan barazanji. Disusul acara mallattigi. Adapun orang yang bertugas mallatigi adalah orang yang dihormati seperti golongan bangsawan, penghulu agama dan dari pejabat. Selanjutnya di malam itu juga, sekitar jam sebelas malam diisi "parrawana" (rebana), baik parrawana tommuane (rebana pria) maupun parrawana tobaine (rebana wanita).

#SallangSalamaq #SalamBerbagi

"Odi adaq, odi biasa. Sipakaraya di lalangna assamalewuang."

(artp:10/11/2014)

1 komentar:

  1. Salam kak, apa memang seperti itu? Wanita dilattigii oleh wanita? Pria oleh pria juga. Di beberapa tempat, sempat saya temui ada wanita yang dilattigii oleh pria. Mohon pencerahannya

    BalasHapus