Sabtu, 12 Desember 2015

Sepotong Salam Dari Suruang

Mendaki bukit Maraqdia yang ada di desa Suruang membuat mata sedikit lebih segar dengan pemandangan yang demikian indah berlatar laut selat Makassar. Bukit yang banyak ditumbuhi ilalang dan memiliki banyak areal bekas ladang bawang mandar nampak gersang. Bersama kawan- kawan, saya mendaki bukit yang tidak terlalu terjal untuk mencari kemungkinan bekas kerajaan Tie-Tie.

Kerajaan Tie-Tie??

Yah, mungkin nama kerajaan Tie-Tie tidak sefamiliar dengan nama kerajaan Balanipa. Namun jika dirunut dari sisi sejarah, maka kerajaan Tie-Tie pernah memiliki jasa besar dengan bergabung dalam koalisi 4 kerajaan dalam upaya menghancurkan kerajaan passokkorang, yaitu Balanipa, Alu,  Tie-Tie dan  Lenggoq.

Pada awalnya kerajaan Tie-Tie didirikan sekitar tahun 1500an oleh I Ullung Allo, saudara lain ibu dari I Manynyambungi yang merupakan Maraqdia pertama di Kerajaan Balanipa. Jika I Manynyambungi lahir dari perkawinan Puang Di Gandang dengan Weapas, maka perkawinan Puang Di Gandang dengan Liliapas melahirkan I Ullung Allo yang kemudian menjadi maraqdia Tie-Tie dan Tomakaka Lenggo yang bernama I Lanna. 

Cerita yang masyur dan melahirkan mitos mistis dari kerajaan Tie-Tie adalah kisah tentang putri dari Maraqdia Tie-Tie yang bernama I Putubunga Masagala.  Dalam sebuah cerita, tersebutlah salah seorang lelaki dari wilayah Lenggoq yang berniat meminang sang putri. Namun sayang, niat tersebut berbuah pahit dengan ditolaknya pinangan tersebut oleh fihak keluarga Maraqdia Tie-Tie. Rupanya penolakan itu telah membuat goresan di hati sang pemuda yang menganggapnya sebuah penghinaan, hingga ia pun berfikir untuk membunuh I Putuwunga masagala. Ketika mengetahui bahwa putrinya telah dibunuh, maka raja Tie-Tie kemudian mencari si pemuda dan membunuhnya. Jenazah sang pemuda kemudian dibawa dan dimakamkan di dekat I Putu Bunga Masagala. Masyarakat setempatpun mengeramatkan makam tersebut.

Sayangnya tidak banyak sumber informasi yang kami dapatkan untuk mengungkap lebih jauh keberadaan kerajaan ini. Informasi yang minim hanya bisa ditemui di dalam lontara serta dari penuturan masyarakat yang berasal dari kisah turun temurun.


**Sumber: Aqbana I Aco (tokoh masyarakat Suruang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar