Mendaki bukit Maraqdia yang ada di desa Suruang
membuat mata sedikit lebih segar dengan pemandangan yang demikian indah
berlatar laut selat Makassar. Bukit
yang banyak ditumbuhi ilalang dan memiliki banyak areal bekas ladang bawang
mandar nampak gersang. Bersama kawan- kawan, saya mendaki bukit yang
tidak terlalu terjal untuk mencari kemungkinan bekas kerajaan Tie-Tie.
Kerajaan Tie-Tie??
Yah, mungkin nama kerajaan Tie-Tie tidak
sefamiliar dengan nama kerajaan Balanipa. Namun jika dirunut dari sisi sejarah,
maka kerajaan Tie-Tie pernah memiliki jasa besar dengan bergabung dalam koalisi
4 kerajaan dalam upaya menghancurkan kerajaan passokkorang, yaitu Balanipa,
Alu, Tie-Tie dan Lenggoq.
Pada awalnya kerajaan Tie-Tie didirikan sekitar tahun 1500an oleh
I Ullung Allo, saudara lain ibu dari I Manynyambungi yang merupakan Maraqdia
pertama di Kerajaan Balanipa. Jika I
Manynyambungi lahir dari perkawinan Puang Di Gandang dengan Weapas, maka
perkawinan Puang Di Gandang dengan Liliapas melahirkan I Ullung Allo yang
kemudian menjadi maraqdia Tie-Tie dan Tomakaka Lenggo yang bernama I
Lanna.
Cerita yang masyur dan melahirkan mitos
mistis dari kerajaan Tie-Tie adalah kisah tentang putri dari Maraqdia Tie-Tie
yang bernama I Putubunga Masagala. Dalam
sebuah cerita, tersebutlah salah seorang lelaki dari wilayah Lenggoq yang berniat
meminang sang putri. Namun sayang, niat tersebut berbuah pahit dengan ditolaknya
pinangan tersebut oleh fihak keluarga Maraqdia Tie-Tie. Rupanya penolakan itu
telah membuat goresan di hati sang pemuda yang menganggapnya sebuah penghinaan,
hingga ia pun berfikir untuk membunuh I Putuwunga masagala. Ketika mengetahui bahwa putrinya telah dibunuh, maka raja Tie-Tie kemudian
mencari si pemuda dan membunuhnya. Jenazah sang pemuda kemudian dibawa dan
dimakamkan di dekat I Putu Bunga Masagala. Masyarakat setempatpun mengeramatkan
makam tersebut.
Sayangnya tidak banyak
sumber informasi yang kami dapatkan untuk mengungkap lebih jauh keberadaan
kerajaan ini. Informasi yang minim hanya bisa ditemui di dalam lontara serta
dari penuturan masyarakat yang berasal dari kisah turun temurun.
**Sumber: Aqbana I Aco
(tokoh masyarakat Suruang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar